Tulisan ini ada di setiap gerbang Pondok Modern Gontor.Ya, dan ketika my son registered there setahun lalu, pertanyaan serupa muncul di dalam
formulir pendaftaran, dan harus dijawab. My son answered, “ingin menjadi ustadz
dan belajar Islam di Madinah” (aaamiiin).
Saya tidak menyangka Sandy pengin ke Gontor. Sejujurnya saya memang
punya impian ketika dia msh di kelas 5 SD, saya bilang kalo saya pengin dia melanjutkan
belajar di Gontor, tetapi dia menolak dg keras. Sandy pengin sekolah di SMPnya
mama, bs antar jemput mama jg n plg sekolah bs mampir makan di bakso kotak
Surabaya. Saya tdk merayunya, tapi saya merayu Alloh, saya berdoa agar Sandy
mau ke Gontor.
Ketika awal semester 2 kelas 6, saya coba ngobrol lagi sama dia,
ngobrol dan bukan merayu. Saya ngobrol mengedepankan logika. Alloh belum
berkehendak utk mengabulkan doa saya, dia msh tetep ingin sekolah bareng mama.
Saya tetap positive thinking sama Alloh, n saya tetap meminta padaNya. Saya
pikir msh ada kesempatan sekecil apapun itu.
Sampai akhirnya saya terbengong bengong nggak percaya, ketika suatu
sore sepulang sekolah dan bahkan blm sempat ganti baju seragamnya, Sandy bilang
sama saya yg lg masak , “Mama, aku mau ke Gontor.”
Saya (sambil mengucap Subhanalloh dlm hati) tanya sama dia,” Kenapa
mau ke Gontor?” Trus, Sandy cerita kalo temennya brsn survey ke sana n kata
temennya disana enak. Positive thinking aja, hidayah Alloh bs dari mana saja,
walopun lewat cara paling sederhana.
Next stepnya, papanya langsung ajak dia browsing internet (padahal
dulu ya udah pernah dilakukan saat kita msh gencar merayunya utk ke Gontor) dan
ngobrol lumayan lama, termasuk jg membahas hal2 yg nggak enak (utk abg) for
example; ntar di gontor, dia hrs cuci baju sendiri, cuci piring sendiri, makan
hrs ke dapur umum, nggak bs pegang HP, laptop apalagi main game, dan pastinya
he will have many activities there. Sandy bilang nggak apa apa, maksudnya, dia
mau menerima.
So, a month before UN, kita ajak Sandy survey dulu ke Gontor,
Ponorogo. Di Ponorogo ada 2 pondok, Gontor 1 ( yg tertua or some people say,
ini adalah Gontor Pusat) dan Gontor 2. Ketika di Gontor 1, seorang ustadz di
bagian informasi memberitahukan bahwa registrasi dilakukan di Gontor 2. Ketika
di Gontor 2, kita langsung jalan2 liat kamar, kelas, kamar mandi, sampai
masjidnya. Saya tanya Sandy, apa dia msh tetep ingin di Gontor? Dg mantap dia
jawab iya. Saya sebenernya msh blm begitu mantap dg jawabannya, maksudnya, apa
iya Sandy bener2 pengin di Gontor? Tp yaaaa, saya coba ikuti maunya dulu. Saya
seneng, banget malah, Sandy mau ke Gontor. Saking senengnya saya jadi agak
takut jg kalo dia change his mind. Saya mohon sama Alloh agar DIA menjaga
hidayahNya utk Sandy.
A month after UN, kami antar Sandy ke Gontor 2 utk registrasi, dia
dpt nomer 1539, dan kamarnya di Gedung Utama nomer 209. Setelah beres urusan
administrasi, kita langsung ke kamarnya. Saya merapikan lemarinya, Sandy sdh
langsung ikut kegiatan. Dan memang calon santri langsung tinggal di pondok
begitu dia daftar. Malamnya kami pulang, setelah sebelumnya ngobrol sama Sandy,
dia mau langsung ditinggal di pondok karena sdh punya beberapa teman.
by mama Sandy